Pages

16 November 2013

RESENSI BUKU “PREJUDICE MENANGANI “PRASANGKA” DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL”




RESENSI BUKU
“PREJUDICE
MENANGANI “PRASANGKA” DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL”

A.    Identitas buku.
Buku berjudul Prejudice, Menangani “Prasangka” dari Perspektif Sosial   itu di tulis oleh Rupert Brown. Buku ini di terbitkan oleh Blackwell Publisher Inc, di Cambridge, Massachussets pada tahun 1995. Kemudian buku bertebal halaman 502 dengan soft cover ini di terjemahkan oleh Helly P.Soetjipto dan Sri Mulyani Soetjipto, yang mana buku terjemahan ini diterbitkan oleh penerbit dari Yogyakarta, yakni Pustaka Pelajar pada tahun 1995 dan ber-ISBN 979-3721-83-9.
B.     Permasalahan dan Pemecahan.
Rupert Brown mengupas permasalahan mengenai prasangka pada buku ini. Permasalahan yang ia kupas adalah masalah prasangka individu, prasangka yang menurutnya ada dua, yakni prasangka kanan dan kiri. Sebenarnya banyak sekali contoh prasangka, tapi meskipun intinsitas dan cara pengekspresiannya yang sangat bervariasi, semuanya memiliki kesamaanm yaitu sama-sama melibatkan sentimen negatif terhadap suatu kelompok. Pernyataan seperti itu memperjelas kenyataan bahwa orang yang berprasangka sangat mungkin pernah terlibat dalam aktifitas kognitif tertentu sebelum atau pada saat membentuk penilaian yang mengandung prasangka atau melakukan tindakan diskriminatif.
            Permasalahan-permasalahan yang disentil Rupert Brown juga mengenai adanya perbedaan-perbedaan prasangka antara kelompok lelaki dan perempuan, perbedaan antara kelompok yang mana dari kelompok tersebut saling membesarkan kelompoknya masing-masin. Bahkan karena kekritisannya, Rupert Brown juga membahas prasangka gaya lama dan gaya baru, tak ketinggalan tips-tips untuk mengurangi prasangka juga di bahas oleh penulis bergelar profesor Psikologi dari University of Kent itu. Untuk cara pemecahanyya diantaranya dengan metode hipotesa kontak, adanya dukungan sosial dan institusional, dan kerja sama.
 C.  Isi buku, kelebihan dan kekurangannya.
                        Buku hasil pemikiran Rupert Brown ini mengupas tuntas tentang segala hal yang berhubungan dengan prasangka. Hampir semua hal dibahas, mulai dari pengkategorian prasangka, jenis-jenis prasangka, perkembangan prasangka, dan tips-tips untuk mengurangi prasangka dalam diri seseorang.
            Dan untuk memperkuat pemikirannya mengenai prasangka, Rupert Brown memasukkan contoh-contoh atau hasil penelitian dari orang lain mengenai prasangka.
            Jadi, bisa dikatakan, buku ini adalah buku yang cukup rinci untuk membahas prasangka. Karena buku ini mempunyai beberapa kelebihan bagi para pembaca. Pertama karena penjelasannya yang mendalam dan adanya contoh-contoh penelitian mengenai prasangka. Kedua karena Rupert Brown juga menyelipkan buku-buku lain mengenai prasangka dalam buku ini, buku-buku yang sangat disarankan untuk dibaca bagi orang-orang yang sedang mengetahui lebih luas tentang prasangka.
            Ada kelebihan pasti ada kekurangan. Termasuk buku karya Rupert Brown ini. Menurut penulis, buku ini bisa dikatakan terlalu panjang basa-basinya atau untuk mengartikan suatu istilah Rupert Brown sering menggunakan suatu contoh, Rupert Brown juga tak jarang menggambarkan pengalaman pribadinya dalam buku ini. Selain itu, buku ini terlalu banyak contohnya. Tak ketinggalan, sistematika penulisan buku ini tidak teratur, karena Rupert Brown langsung menuliskan bagian atau sub-bab yang baru tanpa ada penyebutan sebelumnya.
 D.  Nilai buku.
                   h

05 September 2013

filosofi niat




Assalamu’alaikum....
Kali ini pembahasannya adalah niat.
ya, niat.............bisa di bilang, niat merupakan sesuatu yang harus di lakukan pertama kali atau akan membatalkan sesuatu hal jika niat suatu perbuatan ( ibadah ) tidak di laksanakan.
segala sesuatu tergantung pada niatnya”.
Itu merupakan kaidah pertama dalam  ilmu Qowa’idul Fiqhiyyah.
Ø  Dan niat, ada yang bingung apakah niat itu termasuk rukun atau syarat ?.
Oke, langsung saja. Untuk hal itu ulama’ berpendapat apakah niat itu termasuk rukun atau syarat  ?
a.    Sekelompok ulama’ berpendapat bahwa niat itu termasuk rukun. Di ambil contoh niat sholat yang mana niat sholat termasuk dzat dalam sholat itu.
b.    Ulama’ lain mengatakan bahwa niat termasuk syarat.
c.    Menurut Al-Ghozalie, niat itu ‘di perinci’. Di ambil contoh ketika puasa, maka niat termasuk rukun. Dan ketika sholat maka niat termasuk syarat.
d.    Namun menurut Imam Nawawi dan Rafi’iy berpendapat sebaliknya. Ketika sholat, niat termasuk rukun. Sedangkan ketika puasa, niat termasuk syarat.

Ø  Tempat niat.
Oke, ada satu hal yang harus di perhatikan bahwa niat itu bukan pada ucapan, namun di dalam hati. Ya, di dalam hati. Dan karena gerakan hati itu sulit, maka para Alim menganjurkan di samping niat di dalam hati, juga harus di kukuhkan dengan niat berupa ucapan lisan sekedar untuk menolong gerakan hati. Namun jika niat hanya di ucapkan di lisan saja tanpa ada gerakan hati, maka tidak perbuatannya.
Kita ambil contoh seseorang sholat dhuhur. Maka seseorang itu harus berniat dalam hati, waktunya bersamaan ketika tangan sedang bertakbiratul ihram. Namun jika niat berupa ucapan lisan ketika sebelum takbir, maka bisa di katakan sholatnya tidak sah. Karena niatnya hanya secara lisan, bukan dari hati.

Ø  Syarat sah niat.
Untuk masalah itu, di jelaskan bahwa syarat sah niat adalah :
1.    Islam.
2.    Tamyiz.
3.    Meyakini apa yang di niat. Sholat dhuhur niatnya harus sholat shuhur.
4.    Harus konsekuen dengan apa yang di niati, tidak boleh langsung membatalkan dengan perbuatan yang di kerjakan.
5.    Waktunya harus tepat dengan apa yang di niat.

Ø  Tujuan niat.
Ada dua hal tujuan niat. Yakni :
1.    Untuk membedakan ibadah dan pekerjaan biasa. Untuk membedakan mandi besar atau junub dengan mandi biasa.
2.    Untuk membedakan antara ibadah yang satu dengan ibadah lainnya. Untuk membedakan mandi karena hari Jum’at dan mandi karena Ihram.

Oke, segitu saja keterangan niatnya.
Mohon maaf jika bahasa tulisan saya masih amburadul ya...

Wassalamu’alaikum.....


23 Julie 2013

tata krama membaca al-qur'an


   Adab membaca al-qur’an.
1.     Berwudhu sebelum menyentuh dan membaca al-qur’an.
2.     Membaca al-qur’an dengan sopan, pakaian bersih dan rapi serta menutup aurat.
3.     Mengambil al-qur’an dengan kedua tangan dan membawanya juga dengan kedua tangan.
4.     Meletakkan al-qur’an di tempat yang suci dan lebih tinggi dari pada tempat duduk yang kita tempati. Dan jika di letakkan, maka al-qur’an harus di letakkan paling atas dengan buku-buku atau kitab-kitab.
5.     Membaca al-qur’an hendaknya menghadap qiblat dan dengan khusyu’ atau khidmat. Jangan sambil bermain-main atau bersendau gurau.
6.     Ketika membaca al-qur’an mulut harus bersih dan kosong dari makanan atau minuman. Dan sebaiknya menggosok gigi terlebih dahulu.
7.     Sebelum membaca al-qur’an di sunnahkan membaca ta’awwudz dan basmalah.
8.     Di utamakan membaca al-qur’an dengan suara yang baik, merdu dan menurut ilmu tajwid.
9.     Memperhatikan makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-qur’an.

Tata cara sholat 'Id | dan beberapa hal yang berhubungan dengan sholat 'Id


Assalamu'alaikum kawan........
lama nih nggak update postingan...
dan sekali update pas bulan puasa. jadi ya tulisan tentang sholat hari raya deh yang saya posting.
 

   Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha
Shalat hari raya ada dua, yaitu hari raya fitrah tanggal 1 syawal dan pada hari-hari raya adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Waktu shalat ‘id dimulai dari terbit matahari sampai tergelincirnya, kedua shalat hari raya tersebut, hukumnya sunat muakkad bagi laki-laki dan perempuan. Mukim atau musyafir boleh dikerjakan sendirian dan sebaiknya dilakukan berjama’ah.
  • Hal-hal yang dilakukan sebelum Shalat ‘id
1.      Pada hari raya disunahkan mandi, dan berhias dengan memakai pakaian yang sebaik-baiknya dan menggunakan wangi-wangian yang dimilikinya.
2.      Disunahkan makan sebelum pergi untuk menunaikan shalat hari raya ‘Idul Fitri ( karena untuk meyakinkan bahwa puasa Romadhon sudah di lakukan secara penuh atau sudah selesai ). Tetapi pada hari raya haji disunahkan tidak makan kecuali setelah shalat.
3.     Ketika pulang dari shalat hari raya  hendaknya mengambil jalan yang berlainan.
4.      Takbiran ( membaca kalimat takbir ).
.
Ya, pada hari raya fitrah dan haji memang disunahkan membaca takbir di luar shalat dan waktunya sebagai berikut :
1.  Pada hari raya fitrah takbir dimulai dari terbenamna matahari hingga imam berdiri untuk mengerjakan shalat hari raya.
2.      pada hari raya haji takbir dimulai dari subuh pada hari arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) dan pada tiap-tiap shalat fardhu yang lima waktu pada hari-hari tanggal tersebut. atau juga ada yang bilang dibaca ketika masih tanggan 11,12,13 Dzulhijjah
3.      Lafazd takbiran :
اَلله ُاَكْبَرُ اَلله ُاَكْبَرُ اَلله ُاَكْبَرُ. لاَاِلـهَ اِلاَّّ الله ُ وَالله ُ اَكْبَرُ اَلله ُاَكْبَرُ وَللهِ الحَمْـدُ   × ۳
اَلله ُاَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحاَنَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْـلاً. لاَاِلـهَ اِلاَّّ الله ُوَلاَنَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَـرِهَ اْلكَافِرُوْنَ. لاَاِلـهَ اِلاَّّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَعَـزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلاَحْزَابَ. لاَاِلـهَ اِلاَّّ الله وَالله ُاَكْبَرُ. اَلله ُاَكْبَرُ وَِللهِ اْلحَمْدُ

  • Cara Mengerjakan Sholat Hari Raya
1.      Pada pagi hari tanggal 1 syawal, sesudah kita menunaikan shalat subuh dan sesudah kita mandi sunah hari raya, lalu berangklatlah menuju masjid atau tanah lapang dengan memperbanyak mengucapkan takbir.
2.      Setelah tiba di masjid, sebelum duduk lebih baik shalat tahyatul-masjid terlebih dahulu. Setelah itu duduk saja dengan ikut mengulang-ulang bacaan takbir, sampai mulai shalat ‘id itu.
3.      Lafazh / niatnya ialah sebagai berikut :
Jika Shalat Idul Fitri :

اُصَـلِّىْ سُنَّةً لِعِيْـدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَـالى

Jika Shalat Idul Adha :

اُصَـلِّىْ سُنَّةً لِعِيْـدِ اْلاَضْـحى رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَـالى

4.      Pada Raka’at pertama : Sesudah niat mula-mula membaca takbiratul ihraam kemudian membaca doa iftitah, selanjutnya takbir 7 kali dan setiap habis takbir disunahkan membaca :

سُبْـحاَنَ اللهِ وَاْلاحَمْـدُ ِللهِ وَلاَ اِلَـهَ اِلاَّ الله ُ وَالله ُاَكْبَـرُ.

Artinya    :   “Maha Suci Allah, dan segala puji bagi Allah, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar.

Setelah takbir 7 kali dan membaca tasbih tersebut. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan disambung dengan membaca surat yang disukai, dan lebih utama membaca surat Qaf atau surat Al-A’la (Sabbihisma Rabbikal-a’laa).
5.    Pada Raka’at kedua, sesudah berdiri untuk raka’at kedua takbir 5 kali, dan setiap takbir disunahkan membaca tasbih sperti tersebut pada rakaat pertama.
Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan diteruskan dengan bacaan surat yang kita kehendaki, tetapi lebih utama membaca surat Al Ghasyiah. Bacaan itu dengan suara yang nyaring Imam menyaringkan yakni mengeraskan suaranya pada waktu membaca surat Al Fatihah dan surat-surat lainnya, sedangkan makmum tidak nyaring.
6.      Shalat ini dikerjakan dua raka’at dan dilakukan sebagaimana shalat-shalat yang lain.
7.      Khutbah dilakukan sesudah shalat “id dua kali, yaitu pada khutbah pertama membaca takbir 9 kali dan pada khutbah kedua membaca takbir 7 kali dan pembacaannya harus berturut-turut.
8.      Hendaknya dalam khutbah Idul Fitri berisi penerangan tentang zakat fitrah dan pada hari raya haji berisi penerangan tentang ibadah haji dan hukum kurban.
  • Hikmah Kedua Sholat Hari Raya
1.      Mempererat persatuan dan kesatuan
Jika shalat wajib berjamaah merupakan pertemuan rutin harian, dan sholat jum’at merupakan pertemuan rutin mingguan, maka hari raya Idul Fitri dan Idul Adha merupakan sarana pertemuan rutin tahunan bagi umat Islam.
2.      Menjaga hubungan yang erat antar seluruh lapisan masyarakat.
Terjadinya hubungan yang akrab antara si kaya dan si miskin, penguasa dan rakyat. Karena dengan begitu untuk mengurangi jerang kesenjangan antara berbagai tingkat lapisan masyarakat.
3.      Adanya persamaan hak dan derajat antar muslim.
Semua sama derajatnya di sisi Allah, yang unggul diantara mereka adalah orang yang tinggi taqwanya.
4.      Menjunjung tinggi syiar Islam / lambang agama Islam.
Dengan patuhnya umat Islam mengerjakan puasa, sholat tarawih, zakat, fitrah, sholat idain, kurban, bersilaturrohim dan sebagainya tegaklah lambang (syi’ar) Islam dan barangsiapa menjalankan syi’ar Allah tersebut, itulah termasuk taqwa.